Sailing Komodo + Overland Flores


What   :  Sailing - Overland 
Where :  P.Komodo - Flores
When  :  13-20 Agustus 2016



Berawal dari liat-liat foto dan celetukkan "Flores yuk" dengan segala pemikiran dan pertimbangan maka celetukkan itu tidak hanya sekedar wacana, kami (saya bersama 2 teman lainnya) berangkaattt :)

Setelah melalui banyak pertimbangan ini itu baik dari segi biaya, agent yang akan kami gunakan, dan spot-spot lokasi yang akan kami kunjungi, kami memutuskan menggunakan agent Piknik Nusantara dan trip dari tanggal 13-20 Agusus 2016. Sudah pernah pake agent ini sebeumnya? tentu belum, tapi kami yakin aja kalau mereka dapat membawa peserta dengan baik dan memberikan service yang memuaskan juga.
Bulan demi bulan berlalu, mulai mencari tiket pulang pergi (maklum backpacker jadi cari harga murah agak susah) ahahahaa kebetulan untuk tiket keberangkatan kami mendapatkan harga promo dari si burung biru dengan harga hanya setengah dari harga normal. Begitupun dengan tiket kepulangan, tidak mudah. Dengan pertimbangan ini itu kami mengambil maskapai singa terbang.

Hari keberangkatan semakin dekat. Antara excited campur deg-degan jadi satu. Excited karena akhirnya kami bisa explore Indonesia Timur (meskipun baru sebagian) tetapi deg-degan juga karena total 10 hari kami meninggalkan rumah dan orang tua.  Segala persiapan dan check ulang barang bawaan semua dilakukan H-7.



Inilah itinerary kami:

SAILING KOMODO

Jumat, 12 Agustus 2016
Tibalah hari keberangkatan.
Untuk meminimalis jatah cuti kantor, maka hari jumat kami tetap masuk kantor dengan dalih setengah hari kerja.  Kebetulan jadwal penerbangan kami Pk. 18:15 WIB jadi masih bisa kerja setengah hari guna menyelesaikan segala pekerjaan untuk 1 minggu kedepan, karena kami cuti 4 hari tetapi dapat 1 minggu.  Watir sama kerjaan kantor? pasti, karena pastinya akan susah mobile juga dikarenakan susah signal pastinya.  
Titik kami berkumpul di kantor saya, kami pertimbangkan agar sampai di Bandara Soeta bareng dan check-in bareng.
Mengapa kami berangkat di hari jumat sedangkan trip baru dimulai hari sabtu?  Kami tidak mau mengambil resiko dengan berangkat Sabtu dengan penerbangan pagi bisa on-time sampai di meeting point.
Jadwal penerbangan sempat tertunda 45 menit, tetapi penerbangan tidak ada kendala hingga akhirnya tiba di Bandara International Lombok Praya.



Kebetulan kami menginap di salah satu hotel dekat dengan Bandara. Tawar-tawar harga taxi ternyata cukup mahal, ada mobil yang berdalih taxi menawarkan harga yang lebih murah tetapi saya khawatir dan agak curiga benarkah mobil itu bisa mengantarkan kami sampai ke hotel? (kebetulan sudah malam, dan kami ber3 cewek-cewek semua). Eng ing eeeng kami memutuskan untuk jalan kaki dari Bandara hingga ke penginapan. ahahahaaa setrong banget yaaa :D 
padahal sepanjang perjalanan juga gelap dan sepi, sempet beberapa kali ada pengendara motor yang menawarkan ojeg tapi karena rasa takut kami tidak berani ambil jasa itu. Ada lagi yang bikin deg-degan, saat dalam perjalanan itu sebuah motor (isi 2 orang lelaki) menghampiri kami dan memberitahu kepada saya bahwa hati-hati dengan kamera yang saya bawa (saya gantungkan di leher saat itu) karena mereka bilang kalau ada yang lihat suka diambil. Makin deg-degan gak tuh, kebetulan kami membawa kantong plastik, jadi kamera langsung saya taruh di dalam kantong, dan kantong tersebut saya dekap erat-erat.
Langkah kaki mulai kami percepat mengingat hari semakin larut malam dan jalanan cukup sepi juga gelap.
Akhirnya hotel sudah didepan mata, yeaayyy buru-buru saya melangkah untuk sampai didalam kawasan hotel.
Kami langsung check in dan repacking barang bawaan, sebelum kami bersih-bersih dan istirahat.



Sabtu, 13 Agustus 2016
Pagi itu kami bangun lebih pagi, kami bersih-bersih kemudian turun ke restaurant untuk sarapan. Aaaahh enaknya tidur di hotel semua dilayani, mau mandi handuk tersedia, mau makan tinggal pilih mau yang apa segala jenis makanan sudah ada di depan mata. ahahahahaaa.


 


Selesai sarapan kami bergegas kembali ke kamar hotel untuk mengambil barang bawaan dan meluncur kembali ke Bandara International Lombok Praya tempat meeting point kami.
Hari itu beberapa agen tur ada disana, jadi saya coba tanya satu-satu nama agent yang kami gunakan.
Sesampainya di meeting point, kami berkenalan dengan satu persatu peserta berikut leadernya.
Perjalanan kami dimulai dari sini.



 



Tidak berselang lama, kami berangkat menuju pelabuhan kayangan lombok timur. Kapal yang akan kami naiki  sudah bersandar dan siap untuk kami naiki.
Kami peserta yang sudah sampai terlebih dahulu di Pelabuhan Kayangan, segera naik kapal dan masuk melihat-lihat isi kapal. 
Kapal Pinisi yang kami pergunakan bernama Hasma Jaya dan berkapasitas kurang lebih 30 orang. Kapal yang cukup besar untuk kami berlayar selama 4 hari.
Setelah semua peserta berkumpul, segera kami memasukkan barang-barang dan kami pun masuk kedalam kapal untuk briefing.
Kapal mulai bergerak maju. 

Tujuan pertama kami Pulau Kenawa.






Selama ini kami hanya bisa melihatnya melalui foto-foto yang tersebar di social media. Kali ini woooww setibanya di Pulai Kenawa (pulau pertama tujuan kami) mata saya seperti dimajankan, decak kagum akan keindahannya tidak henti begitu saja. Berhubung kapal kami cukup besar jadi kapal tidak bisa bersandar terlalu dekat dengan bibir pantai. Kami dilanjutkan menggunakan sekoci untuk bisa sampai ke pulau tersebut. 


 



Sesampainya didaratan, saya hanya bisa bicara dalam hati "Ini yang biasa saya lihat di foto, ini loh iniiii" ahahahahaa dan kini saya menginjakkan kaki saya disini. Kami treking keatas bukit untuk mendapatkan pemandangan yang lebih sempurna. Begitu sampai diatas, woooowww luar biasa. Mata mu seolah dimanja dengan pemandangannya.
Ini baru 1 pulau yang saya kunjungi, masih banyak pulau-pulau lainnya.

Explore sana sini, naik turun bukit mencari spot terbaik untuk melihat keseluruhan Pulau Kenawa dari atas. Puas explore kemudian kami turun untuk kembali ke kapal, bergantian naik sekoci kami menghabiskan waktu di pinggir pantai.




Perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Moyo.



Minggu, 14 Agustus 2016
Kami bermalam di perjalanan selama ke Pulau Moyo, kapal tidak bersandar. Kapal terus melaju menuju spot ke-2 kami.

Pulau Moyo, disini kami explore air terjun. Senangnya bisa bertemu air tawar ahahahaa 
Eiitts jangan senang dulu, sebelum bertemu air terjun kami harus treking dulu masuk kedalam hutan. 
Sesampainya di air terjun, saya cukup excited, untuk sampai di kolam yang bisa kami main dengan loncat tali kami harus treking menaiki tebing yang cukup curam ketinggiannya, ditambah kami sudah kena basah pasti kan sedikit licin trek nya. Beruntungnya saya sepatu Hi-Tec Wolf River nya cukup tangguh jadi kaki saya bisa dengan yakin menapaki satu demi satu bebatuan yang ada.
Sesampainya di kolam, sudah ramai turis asing. Secara bergantian loncat satu persatu, ada yang loncat menggunakan tali, ada yang loncat dari atas pohon, ada juga yang loncat dari atas tebing.. seruuu.. melihat mereka aman dan kolam yang diloncati juga cukup dalam, saya jadi tertarik untuk ikut loncat-loncat. Sehabis giliran turis asing, saya memberanikan diri untuk ikut loncat, dan byuuurrrr airnya segaarrr, dingiinn, dan bikin nagih untuk loncat terus ahahahaaa. Puas main air di air tawar, kami turun tebing untuk kembali treking ke luar hutan. Setelah turun tebing kami terhenti di air terjun, puas main air kami kembali ke kapal. 


 



Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pulau selanjutnya, Pulau Satonda.

Pulau Satonda, disini kami snorkling dan bisa menuju danau yang terkenal itu danau Satonda. Tetapi kami diberitahu bahwa disini kami bisa mandi air tawar yeaaaayyy senangnya, jadi saya tidak berlama-lama snorkling, saya menghabiskan waktu untuk mandi air tawar. Ketemu air tawar berasa ketemu air Surga ahahahaa (lebay sih) tapi 4 hari di air asin pasti akan merindukan air tawar.
Benar saja, tidak perlu lama-lama snorkling saya langsung mandi air tawar. Segar rasanya badan dan kepala saya. Sambil menunggu teman-teman lain yang masih explore snorkling, setelah mandi saya berjalan kaki menuju Danau Satonda. Saya mungkin berekspektasi terlalu tinggi, saya mengharapkan melihat danau yang airnya jernih dan bersih. Yang saya lihat banyak lumut dipinggiran danau. Mungkin akan terlihat jauh lebih indah bila dilihat dari atas. Sayangnya gak ada treking untuk bisa lihat view dari atas.


 


 


Selesai snorkling dan bersih-bersih kami semua kembali ke kapal untuk melanjutkan pelayaran (jiaaahh) ahahahaa perjalanan kami ke pulau selanjutnya. 



Senin, 15 Agustus 2016
Pulau Gili Laba, untuk menuju pulau inilah pengalaman yang mungkin akan teringat selalu. Perjalanan dari Pulau Satonda ke Pulau Gili Laba, kapal tidak bersandar untuk bermalam. Kapal terus melaju memasuki perairan NTT. selama perjalanan ini kurang lebih 16 jam kami dihantam ombak yang cukup membuat kapal pinisi kami bergoyang cukup hebat. Sehingga membuat para peserta (hampir semuanya) mabok laut, termasuk saya. Kapal yang kami gunakan kapal besar, tetapi goyangan kapal karena hantaman ombak cukup berasa sekali. Saya berfikir, bagaimana bila saya menggunakan kapal kecil :( 

Ketika makan malam telah siap disajikan, hanya beberapa peserta yang sanggup untuk makan, sisa peserta lebih memilih untuk tidur. Sudah tidak sanggup rasanya untuk memasukkan sedikit makanan saja ke dalam perut, rasa mual terus ada. Hingga pagi hari setelah memasuki perairan NTT, ombak mulai tenang dan kami satu persatu mulai sarapan, mengingat sedari malam kami tidak makan sama sekali. Ketika bangun pagi hari perut terasa lapar. Meskipun masih terasa mual, tetapi sedikit demi sedikit kami mencoba untuk tetap makan agar perut tidak kosong sama sekali.

Berselang beberapa jam, kami pun tiba di pulau Gili Laba, wow airnya jernih sekali. Biru menggoda kami untuk bermain-main air. Tetapi karena tujuan kami disini untuk treking, maka kami menyimpan tenaga dengan tidak bermain air. Dilihat dari bawah saja treking cukup membuat saya bergumam "bisa gak ya?" tetapi saya meyakinkan diri dengan "bisa tas, pelan-pelan aja" oke naiiikk..
Siang itu matahari rasanya lagi dempet sekali sama saya, panaaasss sekali. Treking dengan medan yang cukup curam, dan matahari yang sangat menyengat membuat kondisi tubuh juga sedikit menurun. Sebentar-sebentar saya istirahat ketika puncak sudah tinggal beberapa menit lagi. Panas matahari yang membuat saya untuk berhenti sejenak. Matahari langsung ke kepala membuat kepala saya sedikit kleyengan.





Saya terus berpapasan dengan wisatawan asing yang hanya mengenakan bikini, tidak heran sih karena melihat air yang begitu biru nya membuat sebelum atau setelah treking bisa langsung sekedar merendamkan badan atau berenang menuju kapal.
Beberapa teman yang sudah sampai diatas terlebih dahulu, memanggil-manggil saya "ayo tas dikit lagi udah sampai nii" dengan mengambil nafas panjang, saya kembali melanjutkan perjalanan. Daaaannn rasa panas, rasa letih, rasa kekurangan nafas terbayarkan begitu kita sampai diatas. WOW cantiiikk bangeeetttt, tepat sekali pemandangan seperti ini yang biasanya saya hanya bisa lihat di internet, kali ini saya lihat langsung dengan mata kepala saya sendiri. WOOOWW






mungkin terdengar lebay, tetapi benar benar cantik sekali view dari atas pulau Gili Laba itu. 
Mata saya dimanjakan sekali oleh pemandangan seperti itu.
Ini di Indonesia kawan!

Puas explore dari atas bukit, saya kembali turun untuk menuju kapal dan melanjutkan perjalanan. Perjalanan dilanjutkan menuju pulau berikutnya.

Pink Beach, konon di Pulau ini pasir nya berwarna pink. Selama ini saya hanya mendengar cerita ataupun hanya sekedar membaca artikel mengenai Pink Beach ini. Sesampainya disana, pulau sudah ramai dengan kapal-kapal lain. Kami bergegas turun, beberapa peserta memilih snorkling, dan beberapa memilih treking, sedangkan yang lainnya memilih hanya sekedar duduk-duduk saja di bawah pohon.
Unik sekali memang, pasirnya bisa berwarna pink. Warna pink yang terjadi akibat butiran pasir putih yang bercampur dengan serpihan karang yang berwarna pink, begitu terkena sapuan air maka warna pink tersebut akan lebih dominan.



 



Saya memilih treking menuju bukit. Indah sekali pemandangan dari atas bukit. Kami berganti-gantian untuk mengambil gambar. Selesai ambil gambar kami turun untuk kembali ke kapal. Pelayaran dilanjutkan kembali menuju Pulau Padar.


Untuk menuju Pulau Padar karena sesuatu hal kami harus berganti kapal kecil (persaingan bisnis sewa menyewa kapal). Sudah ada kapal yang menghampiri kami, lalu kami diantarnya menuju Pulau Padar. Selama perjalanan, mata kami benar-benar dimanjakan dengan perbukitan yang berjajar dan terbentuk dengan begitu indahnya.





Pulau Padar, sesampainya disini saya langsung bertanya "kita naik keatas sana? (sambil menunjuk ke puncak bukit) yang mana trek nya?" ya Tuhan sanggup gak ya saya? bisa tas bissaaa..
trek awal diawali dengan pasir dengan batu kerikil yang sesekali bisa membuatmu tergelincir. Harus sangat hati-hati sekali melewati jalur ini. Treking yang cukup menguras tenaga, karena jalur yang diberikan nanjak terus. Saya mencoba menguatkan diri bahwa saya akan menemukan pemandangan yang luar biasa indahnya bila sampai diatas. Sesampainya diatas bukit tertinggi, lagi-lagi WOOOWW PADAAARR cantiknyaaa dikala sunset. Padar luar biasa indahnya. Saya sempat terharu dalam hati berkata "sampai juga kaki saya di Pulau Padar." INI INDONESIA! DAMN I LOVE INDONESIA dengan segala pesonanya. Kalian harus ke Pulau Padar. Primadona deretan pulau komodo.







Sebelum matahari terbenam dan langit semakin gelap, saya bergegas turun kembali menuju kapal. Kami kembali menuju ke kapal besar kami yang sudah terhenti di Pulau Kalong menggunakan kapal kecil. Senang rasanya bisa kembali ke kapal semula kami.

Pulau Kalong, di pulau ini kami bermalam dengan tetap berada diatas kapal. Kapal tidak bersandar, kapal tidak melaju. Kapal menurunkan jangkar. Selesai makan malam sebagai ganti malam sebelumnya yang tidak bisa berkumpul bersama peserta lain sekedar mengobrol, malam ini kami berkumpul di dek kapal untuk bersenda gurau, bercanda, tertawa bersama-sama, bercerita. Ramai sekali. 

Malam semakin larut dan kami satu persatu pamit untuk istirahat. Besok adalah hari terakhir kami sailing komodo.



Selasa, 16 Agustus 2016
Pulau Rinca Loh Buaya - Komodo, pagi-pagi kapal sudah menghidupkan mesin, kami bersiap melanjutkan pelayaran melihat komodo. Sesampainya di Pulau Rinca, sudah banyak kapal yang bersandar. Kembali kami menggunakan sekoci untuk sampai di dermaga. Penasaran seperti apa komodo bila kita lihat langsung. Masuk gerbang area taman nasional ini kami disambut oleh beberapa ranger yang akan memandu sekaligus menjaga kami selama berkeliling di pulau Rinca.
Kami di brief terlebih dahulu, ada beberapa jalur/trek yang tersedia namun kami akan menggunakan jalur yang pendek. 
Kami didampingi oleh beberapa ranger yang memang sudah dipersiapkan untuk menjaga wisatawan yang datang berkunjung. Dengan tongkat kayu besar ditangan, para ranger menjaga kami dengan sigap.




 



Komodo atau dikenal dengan sebutan Ora ini sangat agresif bila ada mencium bau darah/amis. So, untuk teman-teman perempuan yang sedang berkunjung kesana dan dalam kondisi datang bulan sebaiknya benar-benar minta pengawasan dan tidak jauh-jauh dari ranger yang sudah berpengalaman. Ukuran mereka yang besar membuat sedikit merinding juga apabila mau dekat-dekat untuk foto. Untungnya ada ranger yang menjaga kami.
Jumlah mereka tidak banyak, konon apabila mereka sedang lapar dan tidak ada makanan, maka Ora ini bisa menjadi kanibal alias memangsa temannya sendiri. hmmmm.




Treking dilanjutkan dengan menyusuri Pulau Rinca lebih dalam, naik ke atas bukit hingga kami tiba pada satu tempat dengan hamparan rumput yang luas. Dari sini kami bisa melihat ke arah laut dan bukit yang lebih tinggi lagi. Indah sekali pemandangannya.  Selesai foto-foto, kembali kami turun menuju tempa istirahat tepatnya di toko cinderamata. Sebetulnya ada sesuatu yang saya mau beli, tapi begitu tanya harga saya jadi mengurungkan niat saya hahhhahaaa.. Soalnya masih harus save money untuk perjalanan selanjutnya (inget ini baru setengah perjalanan dari trip).  Ketika rasa lelah sudah hilang, kami berjalan kembali ke kapal, untuk melanjutkan pelayaran ke pulau terakhir tujuan kami.




Pulau Kelor, jarak yang tidak terlalu jauh dari sebelumnya dan pulau ini tidak kalah cantiknya. Airnya yang jernih dan bening, membuat beberapa teman memutuskan untuk melakukan snorkling. Saya? Saya lebih memillih untuk menyusuri pulau, dan treking keatas bukit. Treking kali ini menurut saya yang tersulit dari sebelum-sebelumnya, karena medan yang dilalui cukup berpasir dan banyak kerikil. Memungkinkan kaki terperosok. Mungkin untuk naik sedikit lebih mudah, tetapi mengingat treknya seperti itu, saya memutuskan untuk sampai setengah bukit saja. Saya berfikir ulang untuk sampai ke puncak bukit, susah untuk turun nantinya. Dari tengah bukit itu saja saya harus extra hati-hati saat turun. Salah-salah menjejakkan kaki bisa-bisa saya terperosok jatuh.  




Ini pulau terakhir kami selama sailing. Puas snorkling dan explore sana sini, kami kembali ke kapal untuk menuju Pelabuhan Labuan Bajo.  Dari pulau ini, diujung mata telah terlihat pelabuhan Labuan Bajo, tidak membutuhkan waktu yang lama hanya sekitar kurang lebih tidak sampai 1 jam, kami tiba di pelabuhan Labuan Bajo. 
Waaahh senangnya melihat daratan (secara 4 hari kami di laut) rindu sekali dengan daratan dan air tawar. :D 
Siapa bilang 4 hari di laut kami hanya main air? 4 hari juga kami treking ahahahahaaa.




Mungkin untuuk beberapa teman kami, ini adalah perjalanan terakhir dan disini kami berpisah. Tetapi bagi sebagian yang masih ikut melanjutkan trip segera menuju penginapan Bajo View. Setibanya di penginapan, kami langsung saja meletakkan barang-barang kami dan segera mandi. Aaahh nikmatnya ketemu air tawar dan bisa mandi dengan puasnya. ahahahaha soalnya selama ketemu air asin, jarang mandi meskipun di kapal kami ada beberapa kamar mandi dan kami bisa mandi disitu tetapi tetap saja, air yang kami gunakan adalah air asin .  x_X 

Setelah semua selesai bersih-bersih, kami pergi jalan kaki untuk mencari makan malam disekitaran pelabuhan. Malam semakin larut dan kami kembali ke penginapan, istirahat.



OVERLAND FLORES

Rabu, 17 Agustus 2016
Merdeka! Tepat hari ini, hari kemerdekaan Indonesia dan saya berada di Indonesia Timur. senangnyaaa.
Pagi-pagi sekali kami sudah harus bangun, kami menyempatkan untuk mandi terlebih dahulu. Mobil sewaan yang akan mengantarkan kami kemanapun selama explore Flores sudah menunggu dan siap memulai perjalanan. 
Yap Flores, kami akan keliling melihat keindahan tanah Flores yeeaaayy.

Wae Rebo - Desa Denge, tujuan pertama kali adalah Wae Rebo. Pasti udah pernah liat dong di internet dan berbagai macam social media, indahnya Wae Rebo. Tidak sabar untuk bisa segera sampai disana. Jarak tempuh cukup jauh dan memakan waktu banyak. Selama perjalanan jarang sekali saya menemukan jalanan yang lurus, almost jalanan disini berbelok-belom dan menanjak. Bayangkan saja sudah menanjak kemudian belok-belok. Kenapa menuju Desa Denge? Pindah bukit/gunung, dari bukit yang satu ke bukit yang lain, jadi tidak heran apabila perjalanan naik turun. Karena Wae Rebo itu sendiri ada di Desa Denge. Sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh pemandangan yang luar biasa, mulai dari hamparan sawah hijau, lautan, hingga pegunungan (komplit). Saya menikmati setiap perjalanan yang dilalui. 
Setibanya di Desa Denge kurang lebih Pk 14:30 waktu setempat, kami langsung repacking karena kami tidak akan membawa semua barang bawaan kami hanya beberapa hal yang perlu dan memang dibutuhkan saja. Setelah itu kami langsung makan siang dan bersiap treking. hmmmm mungkin bukan treking ya, lebih tepatnya naik gunung. Medan yang kami hadapi tidak mudah dan tidak juga sulit. Kami tidak dikasih ampun dari awal treking, nanjak teruuusss bos :D


 



Nafas cukup terengah-engah juga saat berjalan, kami dibantu dengan udara yang tidak panas karena banyaknya pohon-pohon rimbun sepanjang kami berjalan dan guide kami cukup sabar sekali menuntun perjalanan kami.
Akhirnya tiba di pos terakhir sebelum masuk area Desa Wae Rebo sudah gelap, Sebetulnya karena kami mulai pendakian juga sudah cukup sore. Salah satu dari kami membunyikan pentungan yang tergantung di pos, guna menandakan bahwa ada tamu yang datang.
Kami disambut oleh Kepala Suku desa Wae Rebo dan diterima dengan baik.
Sayang sekali kami melewatkan tarian Caci saat di Wae Rebo dalam rangka perayaan 17 Agustus.
Rasa lelah melingkupi diri kami ditambah dengan dinginnya udara di Wae Rebo menusuk tubuh kami. Kami menghabiskan malam berbincang dengan pemilik rumah. Sedikit belajar bahasa Manggarai :D 
Seruuu, pengalaman baru, keluarga baru, adik-adik baru.





Kamis, 18 Agustus 2016
Pagi hari beberapa dari kami sudah berkumpul di luar, menantikan sunrise. Sayang sekali kami tidak mendapatkan sunrise karena tertutup awan dan matahari terbit dari balik gunung.
Mengobati kekecewaan, kami sangat menikmati udara pagi Wae Rebo dan keramahtamahan penduduk Wae Rebo. Bercanda ria bersama dengan adik-adik. Penduduk Wae Rebo, penduduk yang murah senyum dan ramah-ramah. 






Sebelum hari semakin siang, kami pamit kepada pemilik rumah untuk kembali melanjutkan perjalanan kami.
Turun gunung menghabiskan waktu yang jauh lebih cepat dibandingkan saat naik (ya iyalah yaa) Siang hari kami sudah sampai kembali di basecamp desa Denge. Saatnya bersih-bersih dan makan siang.
Kami berkumpul dan melanjutkan perjalanan menuju Ruteng.

Desa Cancar, turun dari Wae Rebo, sebelum kami menuju Ruteng, rute kami kali ini menuju Desa Cancar untuk melihat hamparan sawah berbentuk jaring laba-laba. Mengapa sawah ini dibentuk seperti layaknya jaring laba-laba? Bentuk ini sengaja dibuat oleh ketua adat setempat yang dilakukan secara turun temurun untuk warganya. Sawah jaring laba-laba ini juga dikenal dengan sebutan Tanah Lingko. Besar kecilnya lahan sawah yang didapat disesuaikan dengan kedudukan orang tersebut dan jumlah keluarganya.




Unik yaa..


Ruteng, derah yang dingin sekali. Sampai di penginapan Ruteng sudah sore. Kami langsung berbagi kamar, kemudian bersih-bersih dan makan malam. Badan semakin lelah dan  kami memutuskan melanjutkan obrolan di kamar masing-masing.
Mengingat kami harus berangkat pagi-pagi, maka kami memanfaatkan waktu untuk istirahat.



Jumat, 19 Agustus 2016
Danau Ranamese, hari ini tujuan perjalanan kami menuju Bajawa. Di tengah perjalanan kami melihat ada sekumpulan orang berkumpul di lapangan. Ternyata sedang ada pertunjukkan tarian Caci, waah beruntungnya kami. Kemarin tidak bisa melihat, kali ini kami bisa tahu bagaimana itu tarian Caci. Tidak membuang waktu lama, kami langsung menghampiri dan menyaksikan tarian tersebut.






Waktu terus berjalan, kami melanjutkan dengan makan siang dan kembali menuju Danau Ranamese. Sayang sekali, tempat ini seperti sudah tidak terawat. Padahal cantik looh danaunya kalau sekitarnya terawat dengan baik.
Berjalan di sekeliling danau, kami menemukan spot untuk foto yang lebih terbuka. Hening dan cantik sekali danaunya. Sinar yang masuk ke Danau membuat pantulan dari pohon-pohon yang berdiri kokoh disekitarnya. 






Desa Bena, kami melanjutkan perjalanan menuju desa Bena. Lagi-lagi perjalanan dilalui dengan berliku-liku menanjak, pindah dari bukit satu ke bukit lainnya. Pemandangan yang disajikan keli ini sangat sangat sangaaatttt cantik sekali. Hal inilah yang membuat saya ingin kembali lagi mengunjungi Flores dan berjalan lebih jauh berkeliling Indonesia Timur.




Pesona Indonesia sesungguhnya ada di tanah Flores. 
Pegunungannya, lautnya, hamparan sawah hijaunya, semuanya luar biasa.

Jarak tempuh dari Danau Ranamese menuju Desa Bena cukup jauh. Tidak sangka ternyata lagi-lagi dibalik gunung Inarie ada satu Desa yang indah. Kami tiba di Kampung Adat Desa Bena dan melakukan registrasi. Untuk memasuki kawasan desa Bena, kami diwajibkan untuk mengenakan ikat kepala (atau bisa juga digunakan untuk ikat pinggang, atau sekedar dililitkan di leher) guna sebagai tanda kami ini adalah tamu yang berkunjung di Desa Bena.




Dari tempat inilah kain-kain NTT dibuat, ada yang dari bahan organik tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama juga untuk membuatnya menjadi 1 kain besar. Bagus-bagus sekali kain yang dipajang disetiap rumah, dan kain tersebut juga dijual.









Berjalan lebih keatas lagi di Desa Bena, saya menjumpai gua kecil yang didalamnya terdapat patung Bunda Maria. aaahh Bunda kita bertemu :) 
Mayoritas penduduk Flores memang menganut agama Katolik.
Saya tanya kepada salah satu mama penduduk Desa Bena, "Mama, disini kalau mau ke Gereja dimana? Jauhkah?" 
Jawaban yang saya dapat cukup membuat saya tertegur.
"Jauh, kami harus naik oto untuk sampai di Gereja."
Yang jauh saja mereka rajin ke Gereja, saya yang jarak nya tidak terlalu jauh masih suka absen :( 
Asyik mengobrol dan banyak sekali pertanyaan yang keluar dari bibir saya ternyata waktu sudah semakin siang. Kami kembali melanjutkan perjalanan.
Kali ini karena waktu yang ditempuh cukup jauh, maka 1 lokasi tujuan kami dibatalkan. Yaitu Air Panas Soa. Sayang sekali sebetulnya, disana kami bisa melepas lelah kaki dengan berendam. Tetapi daripada kami kemalaman untuk sampai lokasi berikutnya, maka kami langsung menuju Ende saja.



Sabtu, 20 Agustus 2016
Danau Kelimutu, pagiiii. Ini hari terakhir kami.
jam 2 pagi kami bangun dan kami bersiap-siap mengejar golden sunrise di Danau Kelimutu. Mobil yang membawa kami melaju dengan kecepatan penuh, agar kami tidak terlambat menuju Kelimutu.
Begitu tiba di lokasi, pengendara menyuruh kami untuk segera turun dan jalan cepat-cepat menuju Bukit. Mengingat waktu terus akan berjalan. Beruntungnya kami, tidak terlambat sampai di puncak. Kami mendapatkan Golden Sunrise, cantiiikk sekali.
Langit berubah perlahan-lahan dengan garis warna yang cantik sekali. 
Kelimutu indah. Bila datang ke Flores, sempatkan dirimu untuk mengunjungi kelimutu. Treking tidak susah karena sudah tersedia tangga-tangga yang memudahkan kita untuk bisa sampai di atas bukit.







Hari semakin siang dan matahari pun sudah semakin tinggi. Kami kembali ke Ende. Sebelum balik ke penginapan kami menyempatkan menuju Rumah Museum Penasingan Bung Karno selama di Ende. Sayang sekali saat itu penjaga rumah museum sedang tidak ada di tempat, jadi kami tidak bisa masuk. 





Mengobati rasa kekecewaan sebelum kami kembali ke penginapan, kami menuju pasar. Beberapa dari kami menyempatkan membeli oleh-oleh berupa ciri khas Flores.
Puas berbelanja, kami kembali ke penginapan untuk packing mengingat esok pagi kami akan kembali ke kota asal masing-masing.



Minggu, 21 Agustus 2016
Pagiii, hari ini kami kembali ke kota masing-masing. Sampai disini pertemuan kita semua. Kami meuju Bandara Ende dan pesawat yang akan mengantar pulang kami sudah siap. Kami melakukan segala urusan, dan selesai masuk ke pesawat. Sampai jumpa dilain waktu kawan.






Indonesia Timur keren dengan segala pemandangan dan keramahtamahan warga setempat luar biasa. 
Sempatkan dirimu untuk datang ke Indonesia Timur. Inilah Indonesia yang sesungguhnya. masih kental dengan berbagai macam adat dan suku.
Saya sendiri berniat untuk kembali kesana dan explore lebih luas lagi tanah Flores.




INI INDONESIA KAWAN!



Comments

  1. Superb! Bikin iri deh pengen coba explore Indonesia Timur. Kalau balik kesana bareng ya kita! Uhuy!

    ReplyDelete
  2. Subhanallah, pemandangannya benar-benar cantik sekali..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Santa Perawan Maria La Salette

1 Hari di Bogor

ada yang datang, ada yang pergi

..Selamat Jalan..

..Selamat Jalan..

1 Hari Menjelajah Purwakarta

Habemus Papam!

ODT - Via Ferrata Gunung Parang