Antara Persahabatan dan Cinta
Apa yang selama ini aku takutkan, terjadi sudah dan menimpa diriku..
Sewaktu dulu aku pernah berfikiran dan mendoktrin pikiranku bahwa tidak ada yang namanya jatuh cinta berawal dari persahabatan karna tidak akan bisa kembali seperti sedia kala bila hubungan tersebut tidak berhasil dan itu terjadi padaku sekarang.
(⌣_⌣”)•ฤคลฏลฏลฏ.......fff°˚˚˚°•!!
Semua berawal dari pertemanan aku dengan dia (sebutlah 'dia') .. Kami memang belum pernah saling bertemu sebelumnya, karna kami berbeda domisili .. Aku di Jakarta dan dia diluar kota ..
Selama ini kami ngobrol hanya lewat BBM salah satu jasa layanan yang disediakan sebuah merk ternama Blackberry® .. Sesekali kami berkomunikasi juga lewat telefon .. Kami saling berbicara, bergurau, dan bercerita mengenai apa saja sampai kepada cerita mengenai kegagalan kisah² terdahulu, entah itu mengenai mengapa bisa putus, atau bahkan bercerita lagi dekat dengan siapa.
Siang berganti malam, malam berganti siang .. Hari berganti hari, minggu demi minggu obrolan kami semaki intens (katakanlah semakin sering dari biasanya) dan obrolan² atau gaya bahasa bicara kami sudah mulai berubah menjadi sangat sangat santai dan aku sangat sangat merasa nyaman dengan pertemanan aku dengannya ..
Entah antara sadar dan tidak sadar aku merasa hubungan kami semakin dekat, obrolan² bercanda kami pun sudah melantur kemana² .. Tanpa ada kata jadian atau komitmen sebuah hubungan, kami pun mengikuti arus yang mengalir .. Kami sudah seperti layaknya (sebut saja) orang berpacaran .. Mulai saat itu, selain menggunakan jasa BBM tadi, kami pun mulai intens juga dalam hal telefon.. Ya seperti layaknya orang berpacaran .. Dalam hati aku memberanikan diri untuk menyatakan bahwa "ya kita ini memang sedang pacaran dan menjalani suatu hubungan yang semakin dekat" .. Aku menyadari bahwa kami sudah sama² dewasa (dia 3 tahun lebih dewasa dari aku) jadi buat apa lagi ada kata jadian, just let it flow .. Ini masalah hati dan perasaan, bukan masalah perkataan. So, apa yang harus dipertanyakan? Itu jalan pikiran aku .. Dan akupun tidak sedikitpun mempermasalahkan itu.
Seiring berjalannya hubungan kami hari demi hari, tanpa tidak disengaja seperti ada yang menegur aku tapi tidak secara nyata .. Teguran itu kira² berbunyi seperti ini
"tasya, kamu sadar tidak dengan hubungan yang sedang kamu jalani saat ini? coba kamu fikirkan kembali baik²"
Aku sangat sadar apa yang terjadi dengan dengan hubungan kami, ada sesuatu yang sangat mengganjal .. Kami berbeda keyakinan, aku Katolik dan dia Islam .. Diantara kami sudah terpampang jelas ada tembok yang sangat sangat tinggi, yang sangat sulit juga kami gapai .. Perbedaan yang sangat mendasar itulah yang menjadi hambatan dalam hubungan kami.
Aku sampai saat ini, sampai detik aku menulis kisah ini belum ada sedikitpun terlintas/terfikir di pikiranku untuk berpindah dari keyakinanku .. Orang tua ku aktif dalam kegiatan² mengGereja, aku pun sudah terlanjur nyaman dan terlanjur cinta dengan agama ku sendiri.. Dan dari sepenglihatanku dia pun rajin sholat nya .. Masing² dari kami tidak bisa berpindah, kami sudah sayang dengan keyakinan kami saat ini.
Dari situ aku semakin berfikir lebih dalam lagi, bahwa dengan umurku sekarang yang sudah menginjak usia 28th ini apalagi yang dicari dengan halnya pacaran? Tentu aku sudah berfikir serius dalam menjalankan suatu hubungan, tidak akan ada lagi main² hanya sekedar dekat dan dekat saja .. Saat itu aku memutar otak untuk kembali berfikir sekaligus menyelaraskan dengan hati dan perasaan.
Setelah semua fikiran berkecamuk dan banyak pertentangan hati juga perasaan, ditengah² perjalanan kami yang lagi indah²nya, aku akhirnya memutuskan secara sepihak bahwa hubungan kami tidak bisa terus seperti ini.., toh kalaupun terus dilanjutkan akan dibawa kemana hubungan kami? Dengan mengesampingkan persoalan hati, akupun memberanikan diri untuk mengatakan semua hal yang menjadi hambatan dalam hubungan kami kedepannya .. Tanpa pikir panjang dan tanpa ada perdebatan apapun dia menyetujui keputusanku begitu saja .. Kami menyudahi hubungan kami meskipun harus mengorbankan perasaan dan hati aku yang sedang tertuju hanya kepadanya.
"Cinta tak hanya mengenal Hati tetapi juga harus ada Logika"
Aku hanya berharap semoga keputusan yang aku ambil ini benar .. Setelah keputusan itu, aku berkata kepada dia agar kami bisa kembali berhubungan seperti sedia kala yaitu bersahabat .. Dia menyanggupinya, tapi lagi² seiring berjalannya waktu dia juga yang menghindar mati²an dari saya .. Udah ga ada tuh yang tadinya jadi bayangan saya, kami bisa kembali bercerita apa saja, tertawa bareng .. Semua itu nihil .. Sungguh disayangkan sikap dia yang berubah.
Mungkin bagi sebagian orang kasus seperti ini bisa berjalan dengan sukses, itu juga bisa dihitung dengan jari perbandingannya .. Dari sebab itulah mengapa sampai saat ini saya sangat tidak bisa kompromi dengan yang namanya sahabat jadi cinta .. Karena bila hubungan itu tidak berhasil maka hilang sudah persahabatan, yang ada hanya putusnya juga tali silahturahmi.
Comments
Post a Comment